Translate

Wednesday, August 19, 2015

MENELUSURI KISAH PEMBENTUKAN ALIANSI NEGARA-NEGARA PERTAMA

Dalam sejarah bangsa Tiongkok, salah satu periodisasi yang paling menarik adalah masa musim semi dan musim gugur (Tong Ciu Liat Kok) yang kemudian dilanjutkan dengan kisah 5 negara berperang (Cun Ciu Ngo Pa).

Sehingga tak heran kalau banyak sekali tokoh-tokoh hebat yang muncul dalam periodisasi ini. Sebut saja tokoh Sun Tzu, Sun Pin, Bang Koan, Kut Peng alias Kut Goan, Souw Cin, Thio Gie dan masih banyak lagi. Tokoh-tokoh ini adalah ahli-ahli strategi yang hingga saat ini masih dikenang dan ilmunya banyak dipelajari sebagai siasat atau strategi perang atau bisnis.

Demikian hebatnya kisah ini, sehingga pimpinan Partai Komunis Cina ternama macam Mao Tse Tung (Mao Zedong) menyatakan bahwa bangsa Tiongkok tidak boleh melupakan kisah ini. Karena selain strategi dan siasat, dalam kisah ini juga ada banyak sekali nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang dapat dipetik.

“Catatan-catatan yang ada dalam zaman musim semi dan musim gugur serta negara-negara berperang adalah catatan-catatan khas yang luar biasa. Sehingga sampai saat ini, kisah-kisah yang ada di dalamnya masih dicintai bahkan dipakai sebagai tradisi mereka 1). Nilai-nilai yang dikandung dalam kisah ini menjadi sebuah peradaban klasik dari Negeri Cina yang patut dipelajari terus,” kata Mao.

Tampaknya, apa yang dikatakan Mao Tse Tung ini memang tidak berlebihan. Karena toh ada banyak penulis-penulis klasik Tiongkok yang berupaya mengabadikan dua zaman ini menjadi karya yang penuh nilai. Salah satu penulis yang terkenal adalah Kong Hu Cu yang mengabadikan dan menyunting kisah ini.

Di Indonesia sendiri, Kisah Tong Ciu Liat Kok ini pernah terbit secara utuh maupun secara cungkilan. Kisah yang utuh bertajuk Tong Ciu Liat Kok, sementara kisah-kisah cungkilannya adalah Cun Ciu Ngo Pa (Lima Jago Cun Ciu), Kisah-kisah Dong Zhou, Sun Bang Yan Gie, Tong See Han, Souw Cin Thio Gie dan banyak lagi.

Kesemua kisah itu sangat dinikmati terutama oleh generasi yang hidup pada tahun 1930 hingga 1960an. Hal ini karena kisah-kisah ini dianggap sebagai kisah klasik untuk mempelajari karakter manusia.

Dari sekian banyak kisah dalam cukilan Kisah Tong Ciu Liat Kok ini, kisah Souw Cin Thio Gie ini adalah salah satu kisah yang cukup menonjol. Karena kisah ini ingin menceritakan bagaimana dua orang saudara seperguruan harus “bertempur” demi meraih cita-cita pribadinya.

Souw Cin sendiri adalah seorang diplomat yang lahir pada abad 284 SM. Sebelum menjadi seorang diplomat, dia berguru pada seorang pandai yang bernama Kwi Kok Siansu. Setelah mengalami masa-masa sulit karena tidak dipercaya oleh beberapa negara, dia akhirnya diterima oleh Negeri Tio untuk menjadi penasihat di sana.

Namun dalam perjalanannya, negeri tempatnya bekerja kerap mendapat ancaman dari Negeri Cin, salah satu negeri yang akhirnya dapat mempersatukan daratan Tiongkok. Kemudian atas dasar ancaman itu, dia mengusulkan pembentukan aliansi enam kerajaan yakni Han, Yan, Gui, Tio, Couw dan Cee. Tapi belum sempat aliansi itu terbentuk, Kerajaan Cin yang sedang gencar-gencarnya melakukan invasi militer ke beberapa negara sudah datang mengancam. Maka Souw Cin pun kemudian “memperalat” saudara seperguruannya Thio Gie atau Zhang Yi ( 309 SM) agar bekerja pada Negeri Cin. Maksudnya agar Thio Gie meredam pergerakan Negeri Cin dari dalam.

Pada awalnya strategi Souw Cin bisa berhasil, tapi kemudian Thio Gie juga yang meruntuhkan strateginya itu dengan siasat yang berlawanan.

Di satu sisi, Souw Cin begitu gigih untuk mempertahankan aliansi vertikal di mana setiap negara berusaha digabungkan dan dipimpin oleh ketua aliansi agar tercipta kedamaian di seluruh Tiongkok. Namun di sisi lain, Thio Gie terus berjuang lewat aliansi horisontal di mana Kerajaan Cin yang besar akan bekerja sama dengan kerajaan lain untuk meruntuhkan aliansi negara-negara kecil yang dibangun Souw Cin. Dua kutub teori ini akhirnya “saling bersinggungan” di lapangan yang kemudian membuat kisah ini menarik.

Meski tak berseteru secara fisik seperti dua kakak seperguruannya Sun Pin dan Bang Koan, kedua murid Kwi Kok Siansu ini tetap saja berseteru untuk memperebutkan predikat sebagai ahli strategi terbaik kala itu. Intinya antara Souw Cin dan Thio Gie tetap ada semacam “perang dingin”.

Namun ada yang menarik dalam kisah ini, bagaimana Thio Gie tetap setia membalas hutang budi yang ditanamkan Souw Cin kala dirinya sedang berusaha mencari pekerjaan. Sebagai lelaki sejati, Thio Gie tak berani menyerang Negeri Tio, tempat Souw Cin bernaung meskipun dia memiliki banyak kesempatan. Bahkan dia juga berusaha menghindarkan orang yang telah membantunya secara moril dan finansial ini, dari bahaya serangan Negeri Cin.

Anehnya, sikap santun ini berubah 180 derajat ketika dia mulai mencoba menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil pasca Souw Cin meninggal. Sehingga dia kerap dianggap tidak “bermoral” karena beberapa kali memperdaya lawan-lawannya dengan cara yang licik. 

1) Sejarah tentang asal mula masyarakat Tionghoa mengenal Ba-cang yang merupakan penghargaan terhadap jasa Kut Goan atau Kut Peng yang menceburkan diri dalam sungai adalah tradisi dari zaman ini. Atau tradisi makan dingin di Hari Raya Imlek juga berasal dari zaman ini.

Judul buku: Souw Cin dan Thio Gie
Penerbit: PT Suara Harapan Bangsa
Harga: Rp 40.000 = Rp 30.000
SMS/WA: 0857-1474-1511

No comments:

Post a Comment